Untukmu Para Wanita yang Ingin Dirindukan Surga
“Rasulullah SAW membuat empat buah garis seraya berkata,
“Tahukan kalian apakah ini?’ Mereka berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.” Nabi SAW. lalu bersabda, “Sesungguhnya wanita ahli surga
yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti
Muhammad SAW, Maryam binti ‘Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak Al-Shahihain 2:497).
Siti Khadijah lahir dari kalangan
keluarga yang mulia, jujur ,dan pemimpin. Dibesarkan di kalangan
keluarga mulia, terdidik dengan akhlak yang terpuji, bersifat teguh dan
cerdik, sehingga kaumnya memanggil thohiroh karena sangat perhatian terhadap akhlak dan kesopanan yang mulia.
Wanita cerdas yang menjalankan roda-roda usahanya dan sanggup
membiayai hampir seluruh dakwah Rasulullah SAW. Beliaulah teladan
–Khadijah-Khadijah kontemporer abad ini—yang tengah menggapai
angan-angan kosong emansipasi yang telah membuatnya meninggalkan
segalanya. Beliaulah satu-satunya entrepreneur yang terkemuka di jamannya. Cakupan bisnisnya meliputi jazirah Arab. Namun
tetap rendah hati dan berakhlak mulia serta tetap menjaga kesuciannya
dan tetap menghormati Rasulullah meskipun usia terpaut jauh.
Tahu tentang sosok Asma binti Yazid? Beliau adalah seorang orator,
singa podium dari kalangan wanita. Dia bukanlah Megawati atau Puan
Maharani, bukan pula Sri Mulyani atau Mari Elka Pangestu. Prestasi sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Pengabdiannya pada Islam telah membuat
dirinya disegani. Selain sebagai singa podium, ia juga adalah pejuang
yang tabah, wanita terhormat, tergolong ahli pikir dan ahli agama.
Bahkan beliau ini dipercaya untuk menjadi delegasi wanita dalam
menyampaikan segala aspirasi atau permasalahan yang berhubungan dengan
para wanita kepada Rasulullah SAW. dalam majelis syuro.
Suatu ketika—saat sidang Asma melontarkan pertanyaan yang membebani kaum wanita. “Ya
Rasulullah. Aku mewakili kaum wanita untuk menanyakan kepadamu tentang
beberapa hal. Bukankah engkau diutus oleh Allah untuk rahmat bagi
manusia—laki-laki dan wanita? Namun dalam beberapa masalah ternyata kami
merasa dibedakan dengan laki-laki. Kami sama-sama beriman dan bertakwa,
namun kami juga merasa iri dengan perbuatan kaurn laki-laki yang seolah
menempatkan mereka pada posisi yang baik untuk mendapatkan pahala yang
besar. Mereka boleh berjihad, semantara kami hanya mengurus anak-anak
dan menjahit pakaian mereka. Mereka diberi kesempatan untuk mendapatkan
pahala sholat jumat, sementara kaum wanita tak boleh. Bagaimana ini ya
Rasulullah?”
Mendengar ‘protes’ demikian Rasulullah SAW. kaget, meski protesnya
tentu saja tak disertai kasi turun ke jalan dan demo mogok makan.
Ternyata, hal yang dikeluhkan para muslimah itu bukan keinginan
mendapatkan kalung 24 karat seberat 2 kilogram, atau persamaan hak untuk
mendapatkan jabatan eksekutif dari jenjang karir papan atas tetapi yang
mereka tanyakan justru persamaan dalam memperoleh pahala dan
menjalankan syariat. Inner beauty!
Kemudian Rasulullah SAW. dengan bangga bertanya kepada peserta sidang yang lain, “Pernahkan
kalian mendengar pertanyaan yang lebih baik selain soal-soal agama
seperti wanita ini? Ya Rasulullah, kami tidak menyangka dan berpikir
wanita itu akan bertanya sedemikian jauh,” jawab majelis.
“Wahai Asma kau pahami dan sampaikan nanti pada kaummu.
Kebaktianmu pada suami dan usaha mencari kerelaannya telah meliputi dan
menyamai semua yang dilakukan suami kalian (kaurn pria),” jawab Rasulullah singkat, namun padat dan bermakna tinggi.
Jawaban tersebut tentu saja menggembirakan hati Asma dan segera ia
berlari pulang dan menyampaikan berita itu kepada para wanita. Dan
mereka pun menerima dengan senang hati.
Islam Memuliakan Wanita
Suatu ketika seorang muslimah di kota Amuria—terletak antara wilayah
Irak dan Syam—berteriak minta tolong karena kehormatannya dinodai oleh
seorang pembesar Romawi. Teriakan ini ternyata terdengar oleh Khalifah
Mu’tashim, pemimpin umat Islam saat itu. Kontan saja ia mengerahkan
tentaranya untuk membalas pelecehan itu. Bukan saja sang pejabat, tapi
kerajaan Romawi langsung digempur. Sedemikian besarnya tentara kaum
muslimin hingga diriwayatkan ‘kepala’ pasukan berada di Amuriah
sedangkan ‘ekornya’ berakhir di Baghdad—bahkan masih banyak tentara yang
ingin berperang. Untuk membayar penghinaan tersebut 30.000 tentara
musuh tewas dan 30.000 lainnya menjadi pesakitan. Itu wujud perhatian
pemimpin kepada yang dipimpin.
Dalam Islam, kehormatan manusia baik laki-laki maupun wanita,
dijunjung demikian tinggi. Haram hukumnya melanggar kehormatan orang
lain. Jangankan disentuh, memandangnya dengan syahwat pun sudah dosa, astaghfirullohal’adzimI.
Namun amat disayangkan, bahwa wanita-wanita sekarang ini cenderung
membiarkan dirinya hanyut dalam gelombang emansipasi yang amburadul.
Hampir semua bagian ingin direngkuh demi persaingan harga diri dengan
laki-laki. Tak peduli meski akhimya harus mengorbankan harga diri.
Berani tampil bugil di depan kamera hanya untuk mengejar predikat seksi,
berani tampil beradegan panas di sebuah film dan dengan mudahnya
mengatakan, “Ini kan tuntutan peran, jadi saya harus profesional dong!”
Tapi ironisnya, disaat kaum wanita negeri ini menggembar-gemborkan
emansipasi di segala bidang, ternyata orang-orang di Barat sudah mulai
meninggalkannya sedikit demi sedikit. Malah ada yang sampai mengkritik
para wanita di negerinya yang rela bekerja hingga tak peduli akan
kehormatan dirinya. Paling tidak, Anna Rued yang menulis dalam sebuah
bukunya—Eastern Mail, ia menyebutkan bahwa “Kita harus iri
kepada bangsa-bangsa Arab yang telah mendudukkan wanita pada tempatnya
yang aman. Dimana hal itu jauh berbeda dengan keadaan di negeri ini
(Inggris) yang membiarkan para gadisnya bekerja bersama laki-laki di
kilang-kilang minyak—yang tidak saja menyalahi kodrat—tetapi bisa
menghancurkan kehormatannya.”
Nah, dalam urusan wanita ini, lebih jauh Rasulullah telah mengajarkan kepada kita melalui sabdanya: “Sebaik-baik kalian adalah yang selalu berbuat baik terhadap istri-istri kalian.” (HR. Turmidzi). Kemudian sabdanya yang lain adalah: “Takutlah kepada Allah dan hormatilah kaum, wanita.” (HR. Muslim).
Kata orang, sejarah yang buruk itu memang getir, tetapi banyak orang
juga tak bisa belajar dari kegetiran sejarah. Apa maksudnya? Sebagai
contoh, kaum wanita sekarang kini tengah dilanda kegetiran hidup, di
semua sektor ternyata membuat dirinya tak aman. Semuanya menyisakan
masalah bagi wanita dan menempatkannya sebagai korban. Nah, agar tak
terus jadi korban lingkungan yang tak ramah ini, maka sudah saatnya para
wanita sadar akan ‘sejarahnya’ sekarang ini yang sudah tidak menentu.
Tidak hanya sadar, tapi juga harus berusaha untuk lepas dari kegetiran
hidup itu. Kalau mau bijaksana, tentu harus bercermin kepada Islam.
Kenapa Islam? Karena hanya Islam lah yang telah menempatkan para
wanita pada posisi yang seharusnya dan sewajarnya. Islam akan melindungi
kehormatan wanita, dan akan memberikan rasa aman, termasuk buat para
wanita yang ingin dirindkan surga. Hanya saja hal ini kembali kepada
kaum wanita apakah mereka ingin menjadi baik atau tetap menjadi korban.
Yang jelas Islam telah memberikan segalanya bagi wanita. Dan itu hanya
bisa dicapai ketika Islam direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Jadi, masih maukah kita dirindukan surga?
Tidak ada komentar:
Write Komentar