Membangun Kepribadian Diri

Namun nyatanya, Alhamdulillah saya hanya melihat lingkungan yang
baik, kehidupan yang baik, sahabat-sahabat baik. Saya tahu, perilaku dan
sikap seseorang terbentuk dari lingkungan, dan saya tidak memungkiri
itu. Namun ketika kita dewasa, kemungkinan untuk terjatuh dalam
lingkungan yang kurang
baik bahkan buruk, kita sudah bisa menimang dan
mempertimbangkan semuanya. Seberapa kuat kita menghadapi kehidupan dan
perubahan itu sendiri.
Di Bali, saya justru memiliki jiwa yang
bebas, saya berada di tengah-tengah orang hebat dan terjun secara
langsung menjadi bagian dari mereka, Subhanallah.. Siapa yang menyangka
akan menjadi sepeerti ini? Siapa yang akan menyangka bahwa saya bisa
dekat dengan orang-orang hebat ini.
Kuasa Allah melalui tangan sahabat saya Rini, saya bisa melakukan apa
yang saya inginkan, terarah dan lebih merasakan bagaimana hidup itu
sebenarnya.
Dari dunia kost -yang selalu terkesan tidak baik- saya belajar sabar,
saya belajar lebih bisa menghargai uang, saya belajar mandiri. Saya
lebih mengenal Allah, saya berharap banyak dengan Allah, saya meminta
banyak sekali permintaan kepada Allah. Saya menempatkan Al-Qur’an
sebagai sahabat terbaik saya dan saya ditempatkan pada situasi-situasi
yang tak terduga-duga. Luar biasanya dunia ini ketika kita mau keluar
hanya untuk menengok diluar jendela.
Sungguh luar biasa kehidupan ini jika kita sedikit saja lebih berani
mengexspresikan diri dengan banyak kesempatan selama nafas masih
diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Dari dunia kost saya belajar
bagaimana saya harus menjaga sebuah kepercayaan, kepercayaan kedua orang
tua saya untuk selalu menjaga kehormatan, bersikap baik kepada
orang-orang disekitar dan bagaimana kita harus siap dengan
kemungkinan-kemungkinan yang tidak pernah kita tahu sebelumnya.
Ketika saya gelisah, saya akan lari kepada Allah, saya mencoba
bangkit dengan cara saya sendiri. Saya menenangkan diri dengan bergaul
kepada Al-Qur’an, itulah hikmah yang saya dapat dari sendirinya saya
ditempat yang jauh dari rumah. Hikmah yang luar biasa.
Sedangkan dari kebebasan saya belajar bagaimana mengontrol diri,
mengontrol keuangan, mengontrol perilaku dan mengontrol waktu. Dengan
kebebasan saya kembali diuji bagaimana saya harus selalu melakukan
hal-hal baik. Ketika saya merasa tidak ada seorangpun akan mengatur
aktifitas saya, tindakan saya dan apa aja yang mau saya lakukan. Saya
masih menimang dan berfikir lagi, bahwa “Kegiatan ini ada manfaatnya
ngga’?” Apa yang saya dapatkan jika saya melakukan hal ini. Kebebasan
juga bukan suatu hal yang kita harus memerdekakan waktu dan apapun yang
ingin dikerjakan maka kerjakanlan.
Dengan tanpa larangan apapun, saya akan jauh lebih berhati-hati,
bahwasanya Allah selalu melihat saya, Allah mengawasi saya dan Allah
selalu tau apa yang saya kerjakan. Apakah itu adalah kebebasan?
Kebebasan di mata manusia sama sekali tidak akan membawa dampak besar
karena di Dunia Allah kelak -Akherat- kebebasan yang kita lakukan akan
di pertanggung jawabkan tanpa setitik debupun terlewatkan. Tidak
selembarpun daun jatuh tanpa izin Allah, itu yang berarti Allah maha
adil dan maha melihat apa-apa yang kita kerjakan. Apakah kita masih
merasa punya banyak kebebasan?
Situasi akan membawa kita kepada kehidupan untuk diri kita sendiri.
Tidak ada gunanya menggunakan persepsi negatif untuk membangun perilaku
yang baik. Saya belajar menilai kritikan, perbuiatan seseorang dari segi
positif, dengan begitu saya berfikir, tidak akan memandang sebuah
masalah itu datang tanpa sebab sebelumnya.
Jadi, intinya Berfikir positif akan membuat kehidupan kita menjadi
jauh lebih baik. Berprasangka dan memandang segala sesuatu itu dari segi
positif semuanya akan jauh lebih bisa membuat hidup kita lebih dan
lebih baik lagi, InsyaAllah.

Saya dan Rini bersama Ibu Yayah Qomariah Pelaksana Homeschooling
Semangat ya.. untuk tetap positif thinking
Tidak ada komentar:
Write Komentar